Hampir selama 2.500 tahun telah ada spekulasi, studi, dan
argumentasi yang berkenaan dengan negara-hakikatnya, pembenarannya, batas,
fungsi, proses, dan metode yang paling cocok untuk mempelajari Ilmu Politik. Dengan
kebebasan akademik dan dengan kecanggihan metode untuk pengamatan dan
pengukurannya, dan sama sekali tidak berarti karena jumlah ilmuwan politik yang
cakap makin meningkat, ilmu politik mengembangkan beberapa bidang atau
subdisiplin sebagai berikut:
1. Filsafat Politik
Setiap tindakan politik melibatkan beberapa nilai politik
pokok yang mendasarinya. Adalah tepat bahwa renungan pokok para ilmuwan
politik, sejak Plato sampai awal abad ke-20, tertuju pada nilai-nilai yang
dipandang sebagai penting bagi warga negara yang baik dan negara yang adil.
Seseorang bisa menggunakan keduanya, baik fakta maupun
logika, untuk mendukung nilainya, tetapi pada hakikatnya nilai tersebut harus
berpegang pada petunjuk yang ada dalam dirinya sendiri-himbauan mereka kepada
orang lain, rupanya, sebanding dengan anugerah rasional. Prinsip Jefferson:
“yang kita pegang teguh…adalah membuktikan diri”.
Karena sifatnya filsafat politik menjadi subdisiplin ilmu
politik. Pendekatan ini berkaitan dengan implikasi normative dari organisasi
politik dan tingkah laku cara bagaimana seharusnya negara dan masyarakat
diorganisir dan bagaimana seharusnya warga negara bertingkah laku, inilah
nilai-nilai dasar manusia.
2. Peradilan dan Proses Hukum
Bersama filsafat politik, subdisiplin ini menyangga bangunan
disiplin ilmu politik. Tentang bagaimana konstitusi mempengaruhi bekerjanya
pemerintahan, dan sebaliknya. Tentang undang-undang, hak warga negara menurut
hukum, penyelesaian konflik antarbadan pemerintahan legislatif, eksekutif dan
peradilan, dan merumuskan batas kekuasaan pemerintah federal dan pemerintah
pusat. Subdisiplin peradilan dan proses hukum lebih banyak berkembang daripada
studi tentang konstitusi, pembuatan undang-undang oleh badan legislatif, dan
implementasinya oleh badan eksekutif dan peradilan.
3. Proses Eksekutif
Simbol yang paling nampak dari suatu negara ialah kepala
eksekutifnya. Bagaimana ia dipilih, tanggung jawab resmi dan tidak resmi, dan
tambahan kekuasan apa yang bisa ia dapat dari perannya dalam proses politik.
Peranan, kepribadian, ambisi, tujuan, citra di mata masyarakat dan
internasional, dan juga kekuatan partainya dalam badan legislatif. Semua yang
membuat studi subdisiplin ini menjadi menarik. Studi proses eksekutif mengisi
sebagian besar studi tentang birokrasi., bagaimana ia diorganisir dan bagaimana
ia berfungsi.
4. Organisasi dan Tingkah-laku Administratif
Studi tentang masalah ini tak dapat dihindarkan dari studi
administrator itu sendiri, pada setiap tingkatan hirarki birokrasi. Penelitian
tak hanya berkaitan dengan karakteristik format dari organisasi administrasi
tapi juga dengan pola tingkah-laku yang timbul bertepatan dengan peranan
administratif, tanggung jawab dan tipe-tipe kepribadian. Para peneliti dalam
subdisiplin ini sering bersandar pada studi kasus rinci yang menjajaki
interaksi para administrator dalam merumuskan dan melaksanakan program-program
pemerintah yang sifatnya khusus.
5. Politik Legislatif
Tentang bagaimana undang-undang diciptakan dan dibuat,
peraturan dan cara-cara badan legislatif mempengaruhi kebijakan legislatif,
pendistribusian kekuasaan antara para anggota badan legislatif, dan hubungan
anggota partai komite-senioritas dan keakraban mereka dengan pejabat pemerintah
juga pada anggota legislatif lain yang dapat mempengaruhi proses legislatif.
6. Partai Politik dan Kelompok Kepentingan
Kebanyakan ilmuwan politik memandang badan legislatif
sebagai lembaga utama yang struktur konflik kepentingan dan tuntutannya
dinyatakan oleh partai politik dan kelompok lain yang mempunyai orientasi
politik. Dan dari sudut pandang “teori kelompok”, pengesahan undang-undang
melalui badan legislatif selalu dilihat sebagai perebutan pengaruh
antarkelompok yang berkompetisi, yang masing-masingnya berusaha memajukan
kepentingan sendiri. Wajar mempertanyakan berbagai jenis kepentingan yang
disuarakan oleh kelompok ini, dan juga dalam hal partai politik.
7. Pemungutan Suara dan Pendapat Umum
Mengenai pikiran yang ada dalam masyarakat, pendapat, sikap,
dan keyakinan warga negara dalam mempengaruhi pembuatan keputusan para elit
politik. Motivasi mereka untuk memilih (atau tidak memilih), dan juga orientasi
dari pemilih dilihat dari latar belakangnya. Dengan demikian jelas perkembangan
terakhir subdisiplin ilmu politik yang demikian itu sangat tergantung pada
kecanggihan ilmu (pengetahuan) dan seni riset survei-menarik kesimpulan dari
pendapat dan ciri sejumlah kecil responden untuk mewakili seluruh penduduk.
8. Sosialisasi Politik dan Kebudayaan Politik
Riset survei tidaklah mungkin diabaikan dalam usaha
mempelajari bagaimana warga negara sampai kepada pendapat, sikap, dan keyakinan
dasar yang membentuk perilaku politik mereka. Ciri-ciri sosialisasi politik dan
rangkaian pendapat, sikap, serta keyakinan itulah yang sesungguhnya menjadi
bagian dari kebudayaan politik masyarakat. Sedangkan ciri-ciri kebudayaan politik
tertentu merupakan variabel penting dalam menjawab beberapa pertanyaan dasar
dan abadi tentang ilmu politik.
sejauh mana tingkah-laku politik sehari-hari dan “kebiasaan
moral” warga negara sesuai dengan norma-norma perilaku yang ditentukan oleh
konstitusi negara.
9. Perbandingan Politik
Setiap atau semua subdisiplin ilmu di atas bukan tidak bisa
dipadukan dalam suatu kerangka perbandingan. Analisa perbandingan politik
merupakan suatu alat untuk memahami dan mengidentifikasikan ciri-ciri yang
mungkin bersifat universal yang ada pada setiap proses politik, kapan pun, di
mana pun. Dengan adanya studi perbandingan politik, lahir pula bidang
penelitian baru seperti, studi perbandingan elit politik, kekerasan politik,
dan penyalahgunaan kekuasaan politik. Sosialisasi politik, kebudayaan politik,
dan bidang studi yang lebih tradisional seperti, partai politik dan kelompok
kepentingan telah semakin diperkuat dengan masuknya bidang studi tersebut.
10. Pembangunan Politik
Dengan bertambahnya jumlah ilmuwan politik, dan dengan
munculnya negara yang baru merdeka di dunia, mengalirnya dukungan finansial
dari lembaga pemerintah dan yayasan swasta, lahir dan berkembangnya para
peneliti Amerika dan Eropa yang mampu berbahasa di luar kebudayaan barat, dan
semakin canggihnya metode penelitian dan alat analisa, telah menyebabkan
meledaknya minat dan pengetahuan yang melebihi batas kebudayaan yang mereka
miliki. Dan sebenarnya semua masyarakat bisa dipahami dari proses pembangunan
politiknya.
11. Politik dan Organisasi Internasional
Fokus dari subdisiplin ini pada pokoknya berhubungan dengan
sumber-sumber yang bisa menjelaskan perbedaan dalam pembagian kekuasaan
internasional. Kecenderungan dari kebanyakan (meski tidak semua) para ahli
politik internasional untuk menganggap negara sebagai unit analisa yang
memiliki cara tersendiri, sebagaimana kebanyakan individu menyadari dirinya
sendiri, sering menyebabkan mereka berusaha memisahkan subdisiplin ini dari
subdisiplin ilmu politik lainnya.
12. Teori dan Metodologi Ilmu Politik
Salah satu tanda matangnya bidang pengetahuan adalah dari
ketidakmudahannya mengaitkan masalah pengembangan teorinya ke dalam
disiplinnya. Istilah “teori politik” digunakan untuk membedakannya dengan
“filsafat politik”, teori dapat dibuktikan atau disanggah, atau secara lebih
formal lagi, “ditetapkan” atau “dibuang”, sedangkan filsafat hanya
memisah-misahkan masalah tersebut. Namun demikan, pers ilmuwan politik
akhirnya, menarik garis yang lebih tajam antara filsafat politik dan teori
politik, yang maksudnya adalah jelas untuk membuat ilmu politik seilmiah
mungkin.
Penganut-penganut aliran tradisional dan perilaku. Adanya
aliran itu bukan berarti adanya patahan arang antara para ilmuwan politik yang
berpaham tradisional dan perilaku. Perdebatan mencapai puncak pada akhir
1950-an dan awal 1960-an, menunjukkan adanya pertumbuhan yang pesat dari
disiplin ini setelah perang dunia II, yaitu dengan berkembang biaknya
bidang-bidang penelitian mereka, dan munculnya generasi baru para ilmuwan
politik. Mereka, dibanding dengan para pendahulunya, lebih bersemangat dalam
upaya mengilmiahkan ilmu-ilmu sosial yang sejenis, terutama sosiologi dan
psikologi.
Perkembangan jenis data yang baru itu disertai pula dengan
pengenalan teknik analisa yang baru; analisa isi, pembentukan model, analisa
faktor dan regresi, dan teknik lainnya yang dirancang untuk lebih menjamin
ketetapan hasil dengan penemuan yang ada tanpa harus mengancam pendapat para
ahli yang ada. Tumbuhnya minat di kalangan para ilmuwan politik pada akhir
1970-an terhadap “teori sistem” dan “fungsionalisme struktural” menunjukan
adanya perhatian yang sangat baik terhadap kelompok perilaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar